Sabtu, 26 April 2008

pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

Islam adalah agama yang haq dan diridhai ALLAH SWT, diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW yang dipilih sebagai rasul NYA yang terahir. Yang bertujuan untuk menyempurnakan akhlak.

Manusia adalah makhluk tang mungkin, dapat dan harus dididik, sesuai dengan hakekatnya sebagai makhluk ciptaan. ALLAH SWT, yang hidup sebagai satu diri (individu) dalam kebersamaan (sosialitas) dialam masyarakat, dank arena memiliki kemungkinan tumbuh dan berkembang, didalam keterbatasan dirinya sebagai manusia.

BAB II

PENDIDIKAN

Pendidik adalah orang dewasa, yang karena peranannya berkewajiban melakukan sentuhan pendidikan dengan subyek (anaka) didik. Orang tersebut mungkkin berpredikat sebagai ayah, ibu, kakak/abang, guru, ustadz, dosen, ulama dan lain-lain. Predikat itu bukan jaminan bagi dirinya untuk menjadi pendidik yang sebenarnya, karena masih tergantung pada kemampuannya melakukan setuhan pendidikan, dangan subyak (anak) didik dalam setiap relasinya. Jjika antar keduanya tidak terjadi sentuhan pendidikan dalam kebersamaannya, maka yang terjadi diantara keduanya hanyalah pergaulan biasa dan bukan situasi pensisikan. Setiap pendidik hanya akan mamapu apabla:

a. Berwibawa

Wibawa diartikan sebagai sikap dan penampilan yang dapat menimbulakan rasa segan dan rasa hormat, sehingga subyek (anak) didik memperolehpengayoman dan perlindungan. Rasa hormat dan rasa segan bukan rasa takut sebagai kewibawaan palsu yang dapat ditimbulkan dangan mudah melalui tekanan, paksaan, ancaman, saansi dan hukuman. Kewibawaan palsu bahkan dapat dimiliki melalui sarana material (fisik). Pendidikan yang berwibawa itu dilukiskan ALLAH SWT didalam surat AL-Furqan ayat 63 yang artinya; adalah orang-orang yang berjalan di atas bumidangan rendah hati, dan apabila orang bodoh menyapa mereka, mereka mengucapkan kata keselamatan

b. Keteladanan

Berfirman ALLH SWT didalam surat AL-Ahzab ayat 21 yang artinya; sesungguhnya Rasulullah itu terdapat suri teladan yang baik untuk kamu, bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dan hari kemudian, dan yang banyak mengingat Allah.

Sifat-sifat baik pemimpin yang harus dimiliki juga ole pendidik antara lain adalah cakap bergaul dan ramah-tamah, sabar, suka menolang, bijaksana, mampu berlaku adil, memiliki kepercayaan didri, memiliki kesetabilan dan keseimbangan emosi, jujur, rendah hati, sederhana, dapat dipercaya, berdisiplin, berpandangan luas, kreatif, penuh inisiatif, dinamis dalam arti memiliki kemauan untuk maju dan lain-lain. Semakin banyak sifat-sifat yang dapat dimiliki seorang pendidik, maka bsar kemungkinannya untuk menjadi teladan.

BAB III

ANAK DIDIK

Anak atau subyek didik adalah orang yang belum dewasa dan sadang berada dalam masa perkambangan menuju pada kedewasaannya masing-masing. Pada saat kelahirannya tampak dangan jelas beberapa fakta yang mengharuskannya mendapat pendidikan, berupa usaha orang dewasa untuk membantu, menolong dan mengarahkannya agarmencapai kedewasaan, sesuai dengan harapan orang dewasa atau masyarakatnya. Harapan itu di dasari oleh kehidupan bermasyarakat yang berbeda-beda tuntutannya antara satu masyarakat dengan masyarakat lain, berdasarkan kebudayaan di dalam kehidupan masyarakat masing-masing. Fakta-fakta itu adalah:

a. Setiap anak lahir dalam keadaan tidak berdaya

Anak yang baru lahir tenyata fisik dan psikisnya belum berfungsi secara maksikal sebagaimana orang dewasa umumnya. Tidak satupun perbuatan untuk melindungi dirinya dapat dilakukannya pada saat ahir dan selama beberapa bulan kemudian, setelah kelahirannya itu. Dalam keadaan taidak berdaya itu bahkan hidup atau matinyapun tergantung pada perlindungan dan pemeliharaan orang lain, terutam kedua orang tuanya. Sehubungan dengan itu berfirman ALLAH SWT dalam surat AL_An’am ayat 151 yang artinya; Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberirizkikepadamu,dan kepada mereka juga. Janganlah kamu mendekati perbuatan keji yang terang maupun yang tersembunyai.

Eirman ALLAH SWT itu mengamanahkan agar orang itu memelihara anak-anaknya. Diselimuti jika kedingingan, diberikan makanan dan disuapi apabila lapar, diobati dikala sakit dan lain-lain.

b. Setiap anak lahir dalam keadaan belum dewasa

Ketidak berdayaan seperti diuraikan di atas berkenaan juga dengan aspe mentalatau psikis anak, yang pada saat lahir dan beberapa bulan/tahun setelah itu, belumlah berfungsi sebagaimana mental atau psikis orang dewasa. Kondisi seperti itu mengakibatkan anak belum mampu bertanggung sendiri atas sikap dan prilakunya, bukan saja kepada masyarakat dan ALLAH SWT, tetapi juga kepada dirinya sendiri.

c. Setiap anak tidak boleh dibiarkan tidak dewasa

Kedewasaan merupaan syarat mutlak dalam kehidupan bermasyarakat untuk itu setiap anak harus menjadi dewasa, agar dapat menjalani dan menjalankan hidup dan kehidupan bersama orang dewasalainnya secra manusiawi.

Kedewasaan yangdi maksud adalah kemandirian (individualitas) sebaai satu diri dan sekaligus kebersamaan (sosialitas) yang dijalankan sesuai petunjuk ALLAH SWT.

BAB IV

TUJUAN PANDIDIKAN ISLAM

Tujuan umum pendidikan secara universal aalah mewujudkan kedewasaan subyak (anak) didik. Kedewasaan yang dicapai anak didik, adalah yang bersifat normatife, berupa kedewasaan masing-masing.

Untuk mencapai Tujuan Umum berupa kedewasaan diperlukan waktu yang relatif lama. Selama waktu yang panjang itu, tujuan uamu atau kedewasaan harus di wajudkan secara bertahap dan karenanya harus dijabarkan secara jelas.

Penjabaran tujuan pendidikan yang bersifat umum itu menjadi tujuan yang bertahap, merupakan perumusan Tujuan Khusus yang dapat berbentuk Tujuan sementara, Tujuan Alat, dan Tujuan Antara. Tujuan-tujuan tersebut dalam pendididkan, semuanya harus terarah dan menunjang pencapaian Tujuan Umumdan Tjuan Akhir, yakni terwujudnya kedewasaan dalam ketakwaan yang tinggi pada ALLAH SWT. Untuk itu berfirman ALLAH SWT di dalam surat AL-A’raaf ayat 26 yang artinya; Hai anak cucu Adam! Kami telah memperlengkapimu dengan pakaian untuk menutup aurat, dan pakaian yang bagus untuk perhiasanmu. Namun pakaian rohaniah yang disebut taqwa, lebih indah lagi. Semuanya itu adalah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah. Semoga kalian selalu ingat.

Tujuan pendidikan mengahiri usaha pendidikan. Apabila tujuannya telah tercapai, maka berakhir pula usaha tersebut. Usaha yang terhentisebelum tujuannya tercapai, sesungguhnya belum dapat disebut berakhir, tetapi hanya mengalami kegagalan yang antara lain disebabkan oleh tidak jelasnya rumusan tujuan pendidikan.

Hadis Nabi yang sangat popular menyebutkan: innama bu‘istu li-utammima makarima l-akhlaq (Aku diutus untuk menyempurnakan [terwujudnya] akhlak yang mulia).

BAB V

PENUTUP

Alat pendidikan bukanlah suati benda atau sesuatu yang bersifat material. Benda atau sesuatu yang bersifat material itu, boleh saja tidak ada atau di buang, namun pendidikan tetap dapat berlangsung

Hubungan atau relasi sebagai alat pendidikan berarti jugakesediaan saling menerima atas dasar saling menghormati, saling menghargai, bahkan juga saling menyayangi.

Pendidikan pada dasarnya adalah proses rekayasa atau rancang bangun kepribadian manusia. Maka kedudukan manusia dalam proses pendidikan menjadi sangat sentral.

Tujuan pendidikan isinya merupakan rumusan orang dewasa mengenai apa yang diinginkan terwujud di dalam kedewasaan anak didik. Dalam keadaan seperti anak didik lebih ditempatkan sebagai obyek, sebagai pihak yangharus dibentuk

REFERESI

  1. Prof. DR. H.Hadari Nawawi. Pendidikan dalam Islam
  2. Mohammad Irfan, Mastuki HS. Teologi Pendidikan
  3. Drs.H.M. Suparta, MA.., Drs. Herri Noer Aly, MA. Metodologi Pengajaran Agama Islam

TRI pusat pendidikan: TRI Pusat Pendidikan

TRI pusat pendidikan: TRI Pusat Pendidikan

TRI PUSAT PENDIDIKAN

TRI Pusat Pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

Manusia sebagai makhluk tuhan yang mampunyai berbagai potensi, selalu berusaha dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mudah. Yang didukung dengan berbagai macam tehnologi yang telah di ciptakan.

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka terciptalah teknologi yang berkaitan dengan pendidikan. Maka oleh sebab itu islam sangat memperhatikan masalah pendidikan.

Pendidikan pertama sejak kelahirannya di alami oleh manusia ketika berada di tengah-tengah keluarganya. Seorang ayah merupakan figur yang benar-benar berpengaruh dalam pendidikanse orang anak. Demikian juga figur-figur lain seperti kakek, nenek, saudara dan lain-lain secara langsung dan tidak langsung sangat mempengaruhi pola pendidikan seseorang.

Perkembangan zaman yang tak dapat di hentikan,orang tua ahirnya memopunyai keterbatasan dalam mendidik anaknya sehingga tanggung jawab pendidikan mereka serahkan kesekolah atau madrasah.

Ahirnya seorang anak akan tumbuh dan berkembang seiring dengan bertambah usianya sehingga ruang pergaulannya bukan hanya dirumah dan disekolah saja. Ia juga akan menjadi bagian dalam suatu kumpulan individu dilingkungan (masyarkat). Maka terjadilah interaksiantara dirinya dengan masyarakat sekitarnya sehingga hal tesebut sangat berpengaruh pada peroses pendidikannya.

BAB II

Peran keluarga, Sekolah dan Masyarakat dalam pendidikan

Metode Pendidikan Nasional semesta, menyeluruh, dan terpadu dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya , pada hakikatnya menjadi tanggungjawab seluruh bangsa Indonesia dan dilaksanakan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

Rencana pembangunan lima tahun juga ditegaskan bahwa pendidikan adalah menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah serta diusahakan agar dapat memiliki oleh seluruh rakyat, sesuai kemampuan masing-masing Individu.

1. Peranan Keluarga Dalam Pendidikan

kita telah merasakan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Batas dan bicara pendidikan didalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti, dan kepribadian tiap-tiap manusia, pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan di gunakan oleh anak sebagaidasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya disekolah.

Orang tua mempunyai tugas dan tnggung jawab dalam keluarga terhadap pendidikan anak lebih bersikap menentukan ; watak budi pekerti, latihan ketrampilan, pendidikan kesosialan.

Selain dari pada itu penanaman nilai-nilai pancasila, nilai-nilai keagamaan dan kepercayaan kepada allah di mualai dalam keluarga.

Pengaruh Timbal Balik Antara Sekolah , Keluarga, dan masyarakat.

1. Pembinaan dan Tanggung Jawab Pendidikan pada Orang Tua.

Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara pria dan wanita-Dalam pasal 1 UU Perkawinan No. 1 tahun 1974- . yang bertujuan untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera maka lahirlah anak dan kita wajib mendidiknya. Memelihara dan mendidik anak terus berlanjut sampai ia dikawinkan dan dapat berdiri sendiri. Bahkan memuat pasal 45 ayat 2 UU perkawinan ini, kewajiban dan tanggung jawab orang tua akan kembali apabila antara keduanya putus karena suatu hal maka anak ini kembali menjadi tanggung jawab orang tua, sebagai mana firman Allah dalam Al-Quran;

Wahai orang-orang yang beriman peliharlah diri dan keluarga kamu dari api neraka.

Bila kita telaah secara mendalam memang benar tanggung jawab pendidikan terbentuk di tangan kedua orang tua

Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh orang tua terhadap anak qantara lain sebagai berikut:

a. Memelihara, membesarkan agar hidup berkelanjutan

b. Melindungi, mengayumi secara jasmani dan rohani

c. Mendidik berbagai ilmu pengetahuan, keterampilan yang berguna bagi hidupnya

d. Membahagiakan anak dunia akhirat dengan membarikan pendidikan agama sesuai ketentuan Allah. Sebagai tujuan hidup muslim tanggung jawab juga di katagorikan sebagai tanggung jawab kepada Allah.

Agama islam selalu mengingatkan pemeluknya agar generasi pemeluknya agar generasi berikutnya lebih baik dari generasi berikutnya.

Konsep pendidikan ini telah di anut gangsa indonesia sehingga dimasukan kedalam GBHN (garis-garis besar haluan negara)

Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus menerus perlu di kembangkan kepada setiap orangtua,mereka juga perlu dibekali teori-teori pendidikan modern secara perkembangan zaman, pendidikan yang di berikan dapat di gunakan untuk menghadapi lingkungan yang lambat. Upaya yang dapat ditempuh untuk dapat meningkatkan kualitas dari orang tua antara lain dengan cara belajar seumur hidup, sebagai mana yang diajarkan oleh Nabi muhammad SAW, yaitu : Belajar seumur hidup dan menuntut ilmu itu wajub bagi setiap Muslim dan Muslimat tanpa kecuali.

Bermacam-macam kepribadian anak yang di lakukan oleh orang tua terhadap anaknya, bila keoribadian yang diwarnai dengan pelajaran agama yang berkesinambungan, ini akan dapat membawa anak menjadi anak yang dewasanya manusia tang berkepribadian muslim, ia akan dapat bergaul dan menyesuaikan diri dengan teteangga ataupun masyarakat pada umumnya. Pembentukan sikap sosial ini kadang kala agak terlupakan oleh sebagian orang tua. Padahal dalam ajaran islam “Hablum Minannas” ini sangat utama karena manusia makhluk sosial yang memerlukan orang lain dalam kehidupan.

Para ahli didik dewasa ini mengakui besarnya peran seorang ibu dalam mendidik anaknya, walaupun ibu atau wanita di golong kan pada kaum yang lemah. Meskipun demikian secara kerohanian wanita adalah maluk Allah yang kuat dalam pendirian dan perinsip hidup dalam keluarga. Dala dirina, terdapat perasaan halus, kasih sayang melebihi halusnya perasaan dan kasih sayang laki-laki, mungkin juga dengan sifat kewanitaannya, ia diberi Allah rahim yaitu suatu tempat yang penuh kedamaian dan kasih sayang serta kua, sehingga calon bayi yang tidur selama masa kandungan merasa aman didalamnya. Oleh Al-quran tempat ini disebut: makin hamin, yaitu tempat yang kuat dan kokoh.

Dengan belaian tangan, ciumannya serta kata-katanya yang lemah lembut anaknya dekat dengannya, anak merasa lebih dekat dan lebih sayang padanya dibanding kedekatannya dengan ayahnya. Oleh Sigmund Freud kedekatan anak (anak laki-laki) ini kepada ibunya ini menjadi teori Oedipus Compleks. Yaitu pertentangan antara anak dan ayah.

Oleh karena itu dalam konsep pendidikan Islam kebahagiaan rumah tangga, lebih banyak berada di pihak ibu, karena ia dapat menciptakan suasana rumah yang harmonis melalui kasih sayang dan sapaannya yang menyejukan hati anaknya. Mengenai kebahagiaan rumah tangga atas peran ibu disebutkan oleh Rasulullahdalam hadisnya yang berbunyi:

“sorga itu terletak dibawah kaki ibu “

Kita dapat mengetahui dari hadis tersebut betapqa besarnya ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya yang dapat membuahkan kebahagiaan, kedamaian, keharmonisan, kepatuhan, dan penanaman nilai luhur serta norma-norma agama. Sosial yang berlaku di masyarkat setempat. Oleh karena itu Allah menyebutkan dalam Alqur’an bahwa setiap anak wajib di berbakti, patuh dan berterimakasih kepada orang tuanya:

“Dan kami amanatkan kepada semua manusia terhadap kedua ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada Ku dan kepada kedua ibu bapakmu. Kepada Kulah kembalimu” (Qs. Lukman: 14).

Beberapa sifat dan sikap yang mungkin muncul itu antara lain dikemukakan oleh Dr. Sis Heyster dalam bukunya Ilmu jiwa anak dan masa muda. Dan juga oleh Crijn dan Reksosiswojo dalam pengantar di dalam prakatek pengajaran dan pendidikan sebagai berikut, keras hati, keras kepala, manja, perasaan takut, dusta, agresif (menyerang anak la8n) , cepat merajuk, berkata gagap, ingin menang sendirui, menyembunyikan milik teman sendiri, dan diakui keounyaannya, frantasi dan gangguan anak yang disebut infant terrible.

Sifat tingkah laku yang ditampilkan anak-anak diatas terutama oleh anak yang berusia sebelum sekolah, antra 3 sampai 5 tahun dan dilakukannya tanpa sadar, tapi cukup merepotkan kedua orang tuanya. Diantara sifat-sifat anak tersebut adalah:

a. Dusta

dusta atau bohong,hampir di tampilkan oleh semua anak dalam masa perkembanganya. Dusta ini adayang di sebut dusta yang sebenarnya dan ada pula yang semu.

Dusta yang sebenarnya adalah perkataan bohong yang sengaja dilakukan untuk sesuatu keuntungan tertentu dengan sengaja merugikan orang lain.

Dusta semu atau dusta tidak sebenarnya adalah dusta karena tidak mampu membela diri atau menyatakan dengan sebenarnya rasa ketakutannya.

b. Gagap

gagap adalah ucapanyang dikeluarkan tidak lancar dan cenderung diulang-ulang dalam cara tertentu. Penampilan gagap (stammering) pada anak sering dijumpai, penyebab gagap ini bermacam-macam, adakalanya karena kesalahan pendidikan orang tua, karena keadaan jiwa anak tidak tenang berhadapan dengan ibu atau bapaknya dalam situasi tertentu.

c. Infant Terrible

gangguan anak-anak yang disebut juga dengan Infant Terrible karrena anak-anak (anak kecil) tidak bisa membedakan antara fantasi dengan kenyataan dan ia biasanya jujur.

BAB III

PENDIDIKAN SEKOLAH /MADRASAH

Sebagai akibat dari perkembangan ilmu tekhnologi dan terbatasnya orang tua akan mengenai kedua hal tersebut, orang tua tidak mampu lagimendidik anaknya. Untuk menjalankan tugas-tugas tersebut diperlukan orang lain yang lebih ahli.

Prof. Dr. Sikun Pribadi menyatakan. “Karena orang tua tidak mampu memberikan pendidikan selanjutnya dalam berbagai kecakapan dan ilmu. Kita dapat menggambarkan masyarakat tanpa sekolah. Di dalam sekolah bekerja orang-orang khusus didik untuk keperluan mengajar (Sikun Pribadi. :1982 : 92).

Didalam dunia pendidikan istilah sekolah sudah sangat lazim. Sekolah merupakan salah satu pusatpendidikan yang diharapkan bisa mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,kepribadian mantap dan mandiriserta tanggung jawab kemasyrakatan dan kebangsaan (UU No.2 tahun 1989, tentang Sistam Pendidikan Nasional).

Sekolah dalam bahasa inggris disebut “School” atau didalam dunia pendidikan Islam disebut Madrasah[1] adalah sebuah lembaga pendidikan formal, yaitu pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, berencana, terarah dan sistematis.demikian menurut pendapat DrHadari Nawawidalam bukunya Administrasi Pendidikan[2]).

Formalitas pendidikan madrasah molai terangkat ketika adanya usaha pemerintah Indonesia menghapus warisan kebijakan Belanda yang membedakan antara sistem pendidikan Madrasah dengan sistem Pendidikan Sekolah biasa .

Di dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sekolah di difenisikan sebagai “Satuan Pendidikan yang berjenjang dan berkesinambunganuntuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar”.

Sekolah melakukan pembinaan pendidikan untuk peserta didiknya didasarkan atas kepercayaan dan tuntutan zaman. Sekoalh sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggunga jawab atas tiga faktor:

a. Tanggung Jawab Normal

Sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan sesuai fungsi tugas dan tujuan pendidikan, harus melak sanakan pembinaan menurut ketentuan yang berlaku.

b. Tanggung Jawab Keilmuan

Sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab mentransfer pengetahuan kepada anak didik.

c. Tanggung jawab fungsional

Sekolah atau madrasah selain harus melakukan pembinaan sesuai ketentuan yang berlaku, sekolah juga harus bertanggunga jawab melalui pendidik (guru) untuk melak sanakan program yang trstruktur di dalam kuri kulum.[3]

BAB IV

Peranan Masyarakat dalam Pendidikan

Masyarakat apabila dilihat dari konsep sosiologi adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam suatu kawasan dan saling berinteraksi.

Bila dilihat dari konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan baanyak orang dengan berbagai ragam kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan sampai pada yang berpendidikan tinggi. Ia adalah laboratorium besar tempat para anggotanya mengamalkan semua keterampilan yang dimilikinya.

Di lihat dari lingkungan pendidikan, masyarakat disebut lingkungan pendidikan non formalyang memberikan pendidikan secara sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya, teteapi tidak sistematis. Secara fungsional masyarakat menerima semua anggotanya yang pluralistik (Majemuk) itu dan mengarahkan menjadi anggota masyarakat yang baik untuk tercapainya kesejahteraan sosial para anggotaqnya yaitu kesejah teraan mental spiritual dan fisikal atau kesejah teraan lahir dan batin.

Kalau dilembaga pendidikan pendidikannya adalah guru. Maka kalau di masyarakat yang menjadi pendidikannya adalah orang dewasa yang bertanggung jawab trehadap pendewasaan anggotanya melalui sosialisasi lanjutan yang diletakan dasar-dasar oleh keluarga dan juga sekolah sebelum mereka masuk kedalam masyarakat. Masing-masing anggotanya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab baik secara sendiri-sendiri atau secara bersama melalui institusi atau lembaga yang dipimpinnya.

a. Mengawasi jalannya nilai sosio-budaya.

Masyarakat Indonesia sejak dahulu sangat menjujung tinggi nilai sosio nbudaya yang ada dalam masyarakat masing-masing bahkan sesuai dengan sikap masyarakatnya ada yang berkehendak melestarikan dan mengembangkannya.

b. Menyalurkan aspirasi masyarakat.

Keingingan masyarakat untuk hidup bahagia dan sejahteraserta aman sejak pemerintatahan orde baru makin besar, berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah antara lain dengan menggalakan transmigrasi, sistem keamanan lingkungan (sikamling), posyandu dan lain-lain.

1. Pembinaan Kerjasama antara Orang Tua, sekolah dan Masyarakat

Proses pendidikan yang dilakukan oleh ketiga lingkungan tersebut dapat di kemukakan sebagai berikut, secara mental spiritual dasar-dasar pendidikan diletakan oleh rumah tangga, dan secara akademik konseptual dikembangkan oleh sekolah sehingga perkembangan pendidikan anak makin terarah.

Betapa eratnya kerjasama yang terpadu dari ketiga macam lingkungan pendidikan untuk membawa anak kepada tujuan bersama, yaitu membentuk anak menjadi anggota masyarakat yang baik untuk bangsa, negara, dan agama.

a. Unsur-unsur pokok yang ada dalam suatu masyarakat adalah

1. Adanya unsur kelompok manusia yang tinggal di daerah tertentu.

2. Mempunyai tujuan yang sama.

3. Mempunyai nilai-nilai dan aturan yang di taati bersama.

4. Mempunyai organisasi yang di taati.

BAB V

PENUTUP

Berdasar uraian uraian diatas, maka isi makalah yang kami susun dapat di simpulkan sebagai berikut.

  1. Tri Pusat Pendidikanb adalah tiga unsur penting yang sangat berperan dalam pendidikan dan menjadi pusat kegiatan pendidikan.
  2. Keluarga adalah tempat pertama dan utama seseorang menerima pendidikan.
  3. Akibat dari perkembangan zaman dan keterbatasan orang tua dalam mendidik anak, maka kegiatan pendidikan juga dilaksanakan disuatu lembaga yang disebut sekolah atau madrasah. Pendidikan yang dilakukan disekolah atau madrasah disebut pendidikan formal.
  4. masyarakat merupakan tempat atau unsur yang sangat berperan penting dalam pendidikan. Lingkungan pendidikan masyarakat di sebutpendidikan nonformal.



[1] Hery Noor, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta, Logos, 1999) hal :223-226

[2] Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan (Jakarta,Rineka Cipta : 1997) hal :77

[3] Ibid, hal.79